PEMBAHASAN
PARAGRAF KEILMUAN
Paragraf merupakan unit kebahasaan setingkat lebih besar
daripada kalimat. Secara visual grafis paragraf merupakan sekumpulan kalimat
yang berhubungan satu dengan yang lain secara fungsional. Kalimat pertama
ditulis dengan indentasi 5 sampai dengan 6 ketukan ke dalam. Dari segi makna
rangkaian kaimat dalam paragraf bertolak dari satu gagasan pokok.
A.
Mengidentifikasi Syarat
Pembentukan Paragraf
1. Keutuhan gagasan
Keutuhan gagasan dalam paragraf ditandai oleh keseluruhan
detail informasi atau penjelas yang hanya
bertolak dari gagasan pokok. Jika ada satu saja gagasan penjelas yang
menyimpang dari gagasan utama paragraf tersebut dinamakan paragraf sumbang.
Contoh:
(1)
Menurut penelitian, orang-orang dengan kepribadian dengan
tipe A rentan terhadap penyakit. (2) Fiedman dan Roseman (2007) menyatakan
bahwa kelompok yang berkepribadian tersebut berisiko tinggi untuk mengalami
gangguan pembuluh darah koroner yang ujungnya mengakibatkan penyakit jantung koroner
(PJK). (3) Selain itu, mereka juga mudah mengalami astheroklerosis. (4)Western
Collaboarative Study Group yang melakukan penelitian itu menyatakan bahwa
dalam waktu lima tahun saja dijumpai insiden gangguan PJK pada mereka yang
berkepribadian tipe A, 2,37 kali lebih tinggi daripada mereka yang
berkepribadian biasa-biasa saja.
2. Kelengkapan Gagasan
Paragraf dinyatakan lengkap atau komplet apabila gagasan
pokok paragraf dijelaskan dengan memadai oleh sejumlah detail informasi
penjelas.
Contoh:
(1) Deskripsi tentang orang yang berkepribaidan tipe A sering simpang siur.. (2) Menurut Mintoharjo (2007) mereka yang berkepribadian tipe A dapat dikenali dari sejumlah sifat . (3) Biasanya mereka memiliki ambisi yang kuat sehingga mereka cenderung tiddak mudah puas. (4) Selalu ingin menang dalam setiap permainan atau kompetensi. (5) Ingin menonjolkan diri dan kurang sabar. (6) Komitmen yang tinggi terhadap tugas atau pekerjaan. (7) Cepat mengambil keputusan atau responsif. (8) Bertingkah laku gesit serta lincah dalam bertutur kata. (9) Cenderung mudah marah atau temperamental dan agresif.
(1) Deskripsi tentang orang yang berkepribaidan tipe A sering simpang siur.. (2) Menurut Mintoharjo (2007) mereka yang berkepribadian tipe A dapat dikenali dari sejumlah sifat . (3) Biasanya mereka memiliki ambisi yang kuat sehingga mereka cenderung tiddak mudah puas. (4) Selalu ingin menang dalam setiap permainan atau kompetensi. (5) Ingin menonjolkan diri dan kurang sabar. (6) Komitmen yang tinggi terhadap tugas atau pekerjaan. (7) Cepat mengambil keputusan atau responsif. (8) Bertingkah laku gesit serta lincah dalam bertutur kata. (9) Cenderung mudah marah atau temperamental dan agresif.
3. Keterpaduan hubungan
antarkalimat (Kohesi-Koherensi)
Kepaduan paragraf ialah keterjalinan hubungan
antarkalimat dalam paragraf baik secara
eksplisit maupun implisit. Hubungan antar kalimat secara eksplisit atau
kebahasaan disebut kekohesian paragraf , sedangkan hubungan antar kalimat yang
implisit atau semantis disebut kekoherensian paragraf. Kepaduan hubungan
antarkalimat dalam paragraf secara fungsional diarahkan pada upaya pencapaian
tataan dan hasil pemekaran gagasan pokok paragraf secara runtut, tertib, dan
teratur.
Contoh kekohesian paragraf:
(1)
Para eksekutif menurut Tony (2007) memiliki peluang
tinggi dihinggapi stres. (2) Hal itu
karena mereka terbiasa hidup dengan berbagai tantangan. (3) Akibatnya mereka sering mengabaikan
gangguan kecil seperti sulit tidur dan influenza ringan. (4) Padahal gangguan sulit tidur sering
menjadi gejala awal ketidakselarasan mental. (5) Kondisi yang demikian itu jika dibiarkan dengan berkembang menjadi
kecemasan atau depresi serta gangguan mental lainnya.
Kata bercetak miring pada paragraf tersebut menunjukkan
penanda kohesi antarkalimat.
Contoh kekoherensian paragraf:
(1)
Penanganan masalah lanjut usia (lansia) di Indonesia
tertinggal jauh dengan negara lain. (2) Di Malaysia diberikan jaminan pensiun
untuk mantan pegawai pemerintah dan jaminan hari tua untuk mantan karyawan
swasta. (3) Beberapa perusahaan transportasi memberikan potongan tarif sampai
50% serta menyediakan tempat duduk khusus bagi Lansia . (4) Di Filipina untuk
Lansia di atas 60 tahun diberikan potongan tarif 20% untuk biaya transportasi umum
termasuk pesawat domestik, hotel, dan penginapan, rumah makan, pusat-pusat
rekreasi, bahkan sampai dengan pembelian obat.
Hubungan antar kalimat dalam paragraf bersifat implisit, tidak digunakan penanda
formal hubungan antar kalimat. Hubungan antar kalimat yang digunakan bersifat
semantis, yakni dengan menunjuk tempat di Malaysia dan di Filipina tanpa menggunakan
kata tunjuk itu.
4. Keseimbangan paragraf
Keseimbangan paragraf berhubungan dengan panjang
pendeknya paragraf. Dalam konteks wacana keseimbangan paragraf berkaitan dengan
tampilan paragraf secara keseluruhan. Diusahakan paragraf dalam wacana
ditampilkan secara panjang dan pendek secara proporsional.
B.
Mengidentifikasi Cara Penyusunan Paragraf
1. Penggunaan penanda hubungan
penunjukan
a. Penggunaan penunjuk itu
Dalam praktiknya kata itu menunjuk ke kiri aritnya
menunjuk ke arah hal, atau sesuatu misalnya gagasan, infomasi yang telah
disebutkan sebelumnya.
Contoh:
(1) Universitas Negeri Malang
dan Pertamina menyepakati pemberian kerjasama yang luas kepada beberapa Pemprov
di Indonesia. (2) Kesepakatan itu diharapkan
dpat memberikan kinerja yang baik.
b. Penggunaan penunjuk ini
Dalam praktiknya kata ini menunjuk ke kanan artinya
menunjuk ke arah hal, atau sesuatu misalnya gagasan, informasi yang akan
disebutkan kemudian.
Contoh:
(1)
Akan diadakan
bimbingan pengumpulan dan pengolahan data hasil riset. (2) Bimbingan ini akan diadakan setiap Kamis jam 09.00
pagi.
c. Penggunaan penunjuk
tersebut
Kata tersebut berarti sudah disebut.Oleh karena itu
sering diikuti frasa di atas, di atas ini, atau di bawah, di bawah ini,
tersebut di atas ini, tersebut dibawah ini. Kata tersebut berfungsi menunjuk ke
kiri sebagaimana kata tunjuk itu.
Contoh:
(1) Pameran karya kreatif
penulisan cerpen dilaksanakan mulai tanggal 21 sampai dengan 29 Oktober 2013.
(2) Mahasiswa penempuh mata kuliah wajib mengikuti kegiatan pameran tersebut.
d. Penggunaan penunjuk
berikut
Secara kataforik kata berikut
menunjuk ke kanan. Biasanya diikuti kata ini. Kata berikut tidak pernah diikuti
kata itu . Misalnya: (1) Mereka akan
tampil dalam acara lomba debat kampus. (2) Berikut
ini diberikan sejumlah peraturan untuk diperhatikan oleh para peserta.
2. Penggunaan penanda
hubungan penggantian
Penanda hubungan penggantian ialah penanda hubungan antar
kalimat berupa kata, frasa yang menggantikan kata, frasa, atau aturan
gramatikal lain yang terletak di depannya (anaforik) atau dibelakangnya
(kataforik).
Contoh:
(1)
Anak-anak itu berkulit hitam legam, berambut keriting,
bermata cekung dengan pandangan kosong (2) Perutnya yang buncit menyembul
karena tak tertutup oleh baju. (3) tampak kakinya pecah-pecah karena tak
mengenal alas kaki. (4) Itulah gambaran anak-anak pedesaan Timor Timur yang
pertama kali dilihat oleh dr. Rienarmy Alexis pada tahun 1979. (5) Mereka
umumnya anak-anak yang baru turun dari gunung mengikuti orang tuanya yang takut
pada gerakan pengacau keamanan (GPK).
Dalam hubungan endoforik, penggantian ditandai oleh
penggunaan kata ganti persona ia, dia, beliau, mereka, dan bentuk klitik –nya; kata ganti penunjuk ini dan itu;
kata ganti kata ganti petunjuk tempat tempat sana, sini, situ; dan kata begini,
begitu, serta demikian. Kata ganti
persona pertama dan kedua digunakan
juga, tetapi dalam hubungan eksoforik.
3. Penggunaan penanda
hubungan pelepasan
Yang dimaksud pelepasan atau elipsis ialah penghilangan
salah satu unsur kalimat pertama pada kalimat berikutnya. Sekalipun unsur
kalimat tersebut dihilangkan/ dinyatakan secara tersurat, tetapi kehadirannya
dapat diperkirakan.
a. Pelepasan subjek
Contoh:
(1)
Menurut SK Dirjen Dikti, PTS-PTS yang beralifiasi dengan
PTN diberi batas waktu sampai dengan tahun 2015. (2) Setelah itu [...] harus
berdiri sendiri.
Bandingkan:
(1a) Menurut SK Dirjen Dikti, PTS-PTS yang beralifiasi
dengan PTN diberi batas waktu sampai dengan tahun 2015. (2) Setelah itu
[PTS-PTS yang beralifiasi dengan PTN] harus berdiri sendiri.
b. Pelepasan objek
Contoh:
(1) CV Kopat-Kapit
memenangkan tender untuk membangun perpustakaan digital di Universitas Negeri
Malang. (2) Sayangnnya pembangunan [...] itu dilaksanakan asal-asalan.
Bandingkan:
(1a) CV Kopat-Kapit memenangkan tender untuk membangun
perpustakaan digital di Universitas Negeri Malang. (2) Sayangnnya pembangunan
[perpustakaan digital] itu dilaksanakan asal-asalan.
4.
Penggunaan penanda perangkaian
Yang dimaksud perangakaian ialah adanya kata atau frasa
yang merangkai kalimat satu dengan lainnya. Kalimat sebelum dan sesudahnya
dirangkai dalam jalinan yang logis atau kronologis. Sifat hubungan perangkaian
itu antara lain
1.
Hubungan waktu: ketika itu, saat itu, pada saat, tatkala,
sewaktu, semasa, dsb.
2.
Hubungan antara waktu: mula-mula, awalnya, lalu,
kemudian, setelah itu, di muka, di pinggir, dsb
3.
Hubungan tempat: disitu, di sini, di antara, di
sela-sela, di pojok, di tengah, dsb.
4.
Hubungan pertentangan: padahal, tetapi, namun, sayangnya,
sedangkan, dsb.
5.
Hubungan persamaan: sejajar dengan, sama dengan, sesuai
dengan, dsb
6.
Hubungab penambahan : dan, lagi, juga, selain itu,
dismaping, dsb.
7.
Hubungan penegasan/penekanan: bahkan, malahan, semakin.
8.
Hubungan konsesi/persetujuan: meskipun, walaupun,
biarpun, bagaimanapun, dsb.
9.
Hubungan sebaban: sebab, karena, karena itu, oleh karena
itu, dsb.
10. Hubungan akibatan:
sehingga, akibatnya, konsekuensinya, dsb.
11. Hubungan contoh:
misalnya, contohnya, buktinya,dsb.
12. Hubungan
perwatasan/limitasi: melainkan, kecuali, dsb.
13. Hubungan
syarat/kondisional: jika, kalau, jikalau, bila, apabila, dsb.
14. Hubungan
simpulan/konklusi: jadi, dengan demikian, simpulannya, artinya, dsb.
Contoh penggunaan:
(1) Masyarakat umumnya
menghargai seseorang berdasarkan tingkat kekayaannya. Akibatnya orang akan menumpuk kekayaan dengan berbagai cara.
(2)
Pencuri itu mula-mula
membuka pintu pagar. Lalu,menyeliinap
masuk ke arah lorong gelap halaman. Kemudian,
menempel pada dinding. Akhirnya,
mencongkel jendela.
5. Penggunaan penanda
hubungan pengulangan
Yang dimaksud dengan pengulangan ialah mengulang unsur
kata, frasa yang terdapat dalam kalimat sebelum atau di depannya.
a.
Pengulangan sama tepat
Contoh: Kota Macao
telah disewakan selama 400 tahun oleh pemerintah Cina kepada Portugal. Kota Macao kemudian berkembang menjadi kota judi terbesar di Asia. Kota Macao harus dikembalikan ke
pemerintah Cina 25 tahun lagi.
b.
Pengulangan dengan perubahan bentuk
Contoh:
Mendikbud Moh. Nooh mengimpikan
adanya perpustakaan kecil di mall atau plaza-plaza. Impian itu tidak mustahil akan menjadi kenyataan.
c.
Pengulangan sebagian
Contoh:
Dalam masa krisis moneter saat ini harga-harga sembako semakin membubung, sehingga hampir tidak
terjangkau oleh masyarakat kecil. Harga [...] itu perlu ditekan dengan operasi
pasar yang ketat oleh pemerintah.
d.
Pengulangan parafrase
Pengulangan parafrase ialah yang unsur pengulangnya
(upel) berparafrase dengan unsur terulang (uter). Parafrase ialah
pengulangan kembai suatu konsepsi dengan
menggunakan bentuk bahasa berbeda.
Contoh:
Kesadaran etik dan moral itu melandasi ketaatan masyarakat pada hukum. Kesadaran etik dan
moral itulah yang melandasi dihayatinya disiplin nasional.
e.
Pengulangan denagn sinonim
Sinonim ialah satuan bahasa khususnya kata atau frasa
yang bentuknya berbeda tetapi maknanya sama atau mirip.
Contoh:
Kesunyian mengapung di Padang Kurusetra. Namun kelelangan yang menyelimuti padang luas itu terasa menyeramkan. Bumi pun terasa kehilangan denyutnya. Peristiwa apakah yang akan mengoyak-ngoyak kesunyiannya?
f.
Pengulangan dengan hiponim
Pengulangan hiponim ialah pengulangna yang makna unsur
pengulangnya (upel) melingkupi makna unsur terulangnya (uter), atau sebaliknya.
Contoh:
Membaiknya hubungan antara Timur dan Barat direspons positif oleh
dunia internasional. Tetapi, perkembangann itu makiin memperjelas ketimpangan hubungan Utara-Selatan di kawasan Asia
Pasifik yang pada akhirnya berdampak negatif bagi pembangunan di
negara-negara kawasan Asia-Tenggara.
C.
Mengidentifikasi Cara
Pengembangan Paragraf
1. Pengembangan paragraf
secara alamiah (natural)
a.
Pengembangan secara kronologis
Bisa digunakan untuk menjelaskan proses, urutan,
kejadian, atau peristiwa, bahkan urutan tindakan/perbuatan.
Contoh:
Dari kesejahteraan, Menwa memang dirancang sepenuhnya sebagai alat ABRI. Bermula dari dibentuknya Resimen
Mahawarman pada tahun 1959 di Unpad
Bandung oleh Kodam (waktu itu divisi Siliwangi, saat panglimanya dijabat A.H.
Nasution). Mahawarman dibentuk sebagai milisi untuk menumpas gerakan DI/TII
Kartosuwiryo. Dianggap sukses lalu universitas lain membentuk milisi sendiri
–sendiri. Tahun 1963 UGM membentuk
Resimen Mahakerta, sedangkan UI membentuk resimen Mahajaya . Tahun
itu juga keluar instruksi Menko Hankam agar Menwa dibentuk di
seluruh Kodam di Indonesia. Menwa antara lain disertakan dalam operasi militer
Trikora, di Irian, dan kemudian operasi militer di Timtim.
b.
Pengembangan secara spasial
Contoh:
(1) Ruang tempat kami kuliah
tidaklah luas, hanya 7 m x 40 m. (2) Bangku kami berjajar empat baris ke
belakang. (4) Pada dinding depan kelas tergantung papan tulis hitam 1 m X 2,5
m. (5) Dua lukisan besar mengapitnya. (6) Disebelaj kiri gambar Garuda
Indonesia dan di sebelah kanan gambar presiden. (7) Meja dosen terdapat di
pojok kiri. (8) Alasnya merah dan sekali seminggu diganti. (9) Kami selalu
meletakkan bunga segar di jambangan diatas meja itu, karena kami senang
melihatnya. (10) Di sebelah kiri ada delapan jendela besar yang memasukkan
sinar matahari dan hawa segar ke dalam kelas. (11) Dindingnya polos, tiada
hiasan, kecuali kalender dekat meja dosen. (12) Tetapi dinding belakang dan kanan kami penuh dengan gambar yang
bergantung rapi.
Dalam contoh di atas, sesudah menyebut luas ruangan dan
letak bangku, penulis menelusuri kelas, mula-mula ke depan, kemudian ke kiri,
ke belakang, dan ke kanan. Segala yang dilihatnya ditulisnya, serta ditunjukkan
tempatnya. Dalam melukiskan tempat, kata-kata penanda tempat sering digunakan.
Kata-kata yang dimaksud ialah di depan, di belakang, di bawah, di atas, di
dalam, keluar, di samping kiri, di sebelah kanan, agak ke atas, di sebelah
utara, dan sebelah timur.
2. Pengembangan paragraf
secara logis
a.
Pengembangan dengan cara perbandingan
Contoh:
(1) Lebah itu pasti memiliki
intelegensi yagn lebih besar dan berbeda dengan laba-laba. (2) Ia dapat
memilih laba-laba yang tepat bagi
persediaan makanan anaknya jika sudah menetas nanti. (3) Dalam menyerang, lebah
itu bertindak sesuai dengan situasi perkelahian sehingga ia dapat menyengat
dengan tepat. (4) Simpul saraf laba-laba dipilihnya menjadi sasaran serangan
sehingga lebah itu lumpuh. (5) Tubuhnya yang gemuk tidak akan busuk dan dapat
menjadi makanan ulat lebah yang akan menetas. (6) Sebaliknya, laba-laba
bertindak lamban. (7) Ia suka memasang jaring dan menunggu mangsanya. (8) Jika ada
yang menyeranganya ia lebih suka lari dan bersembunyi ke pojok sarang di balik
daun. (9) Dibiarkannya musuh merusak jaring. (10) Laba-laba tidak menggunakan
intelegensinya. (11) Akhirnya ia lumpuh
disengat simpul sarafnya. (12) Jika ia berlaku cerdik, tidak kalah ia melawan
lebah yang bertebuh lebih kecil itu.
Contoh paragraf diatas tidak semata-mata melakukan
perbandingan. Penulis juga melakukan analisis mengapa yang kecil itu dapat
mengalahkan laba-laba yang bertubuh lebih besar. Dalam menulis, cara-cara
kombinasi sering digunakan, misanya analisis gagasan pokok paragraf dilakukan
dalam kerangka perbandingan.
b.
Pengembangan secara analogi
Contoh:
(1) Alam semesta berjalan
dengna sangat teratur, seperti halnya mesin. (2) Matahari, bumi, bulsn,
bintang, yang berjuta-juta jumlahnya beredar dengan teratur, seperti teraturnya
rodad mesin. (3) Semua bergerak mengikuti irama tertentu. (4) Mesin rumit itu
ada penciptanya, yakni manusia. (5) Manusia yang pandai, teliti, dan bijaksana.
(6) Tidaklah alam yang maha besar dan beredar rapi sepanjang masa ini tidak
pula ada penciptanya ? (7) Pencipta yang Mahapandai Mahateliti dan
Mahabijaksana ?
Cara analogi biasa digunakan oleh penulis untuk
membandingkan sesuatu yang sudah dikenal umum dengan yang kurang dikenal. Pada
paragraf diatas, tata cara kerja mesin relatif lebih dikenal daripada mekanisme
edar kerja tata surya. Jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi, akan ada
persamaan dalam bidang yang lain.
c.
Pengembangan secara kausalita (hubungan sebab akibat)
Contoh:
(1) Sejak awal Agustus 2013
harga berbagai jenis minyak bumi dalam negeri naik. (2) Minyak tanah, premium,
solar, diesel, minyak pelumas, dan lain-lain dinaikkan harganya. (3) Pemerintah
menarik subsidi dengan harapan ekonomi Indonesia dapat tumbuh secara wajar. (4)
Harga bahan bakar naik, harga barang-barang juga ikut naik bersamaan dengan
kenaikan biaya angkut. (5) Ujungnya naiknya harga barang terasa berat bagi
rakyat. (6) Oleh karena itu, kenaikan harga barang dan jasa harus diimbangi
dengan usaha menaikkan pendapatan rakyat. (7) Dengan menaiknya pendapatan, daya
beli masyarakat ikut terangkat.
Dalam paragraf diatas akibat yang ditimbulkan kenaikan
harga BBM bersifat ganda. Akibat 1 harga-harga naik, akibat 2 biaya
transportasi ikut naik, akibat 3 beban rakyat berat, akibat 4 daya beli
masyarakat rendah.
d.
Pengembangan secara induktif
Contoh:
(1) Kebumen, kota kecil di Jawa Tengah dilanda amuk massa, toko-toko
dibakar, barang-barang dijarah.(2) Tasikmalaya rusuh, sejumlah POM bensin
dibakar dan berbagai fasilitas umum dihancurkan.(3)Aceh dengan julukan Kota
Serambi Mekah tiba-tiba membara, ribuan massa mengamuk membakar apa saja yang
bisa dibakar.(4)Pontianak kota panas di Kalimantan semakin panas, sejumlah
warga menuntut turunnya harga sembako.Di Ujung Pandang ribuan mahasiswa
berunjuk rasa menuntut pemerataan hasil pembangunan, keadilan, dan
pemberantasan KKN.(6) Jayapura bergolak menuntut otonomi yang diperluas. (7)
Memang di Tahun 1998 ini Republik Indonesia sedang mengalami krisis kepercayaan
dari seluruh lapisan masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia.
Pengembangan gagasan
dengan cara induktif dilakukan penulis dengan memberikan contoh-contoh, bukti, kejadian
khusus diikuti oleh penarikan kesimpulan yang bersifat umum atau general. Sebaliknya,
pengembangan gagasan cara deduktif, penulis memberikan simpulan umum diikuti
oleh contoh-contoh, bukti, kejadian yang bersifat khusus.
e.
Pengembangan secara definisi
Contoh:
(1) Secara harfiah samurai
berarti dia yang melayani. (2) Sebagai kelompok prajurit elit,para samurai di
Jepang merupakan kelas penguasa.(3) Itu berlangsung sejak akhir abad XII hingga
negara itu memasuki era Restorasi Meiji tahun 1868.(4) Kini kata samurai
digunakan untuk menjuluki sifat,kedudukan,ataupun profesi dengan konotasi makna
bermacam-macam.(5) Ada anggapan bahwa keunggulan perusahaan-perusahaan besar
Jepang dalam kompetisi bisnis Internasional dipengaruhi oleh semangat samurai yang
menjiwai para pemimpin perusahaan.
Pada contoh di atas,istilah samurai dijelaskan makna asal
muasalnya.Konotasi makna itu selanjutnya dijelaskan dalam semangat berbisnis
para pemimpin perusahaan Jepang.Dlam tulisan ilmiah,cara ini dipilih untuk
menjelaskan konsep yang rumit.
DAFTAR RUJUKAN
Suwignyo, Heri. 2013. Bahasa Indonesia Keilmuan Perguruan Tinggi. Malang:
Aditya Media Publishing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar