Minggu, 10 April 2016

PARAGRAF KEILMUAN



PEMBAHASAN
PARAGRAF KEILMUAN
           
Paragraf merupakan unit kebahasaan setingkat lebih besar daripada kalimat. Secara visual grafis paragraf merupakan sekumpulan kalimat yang berhubungan satu dengan yang lain secara fungsional. Kalimat pertama ditulis dengan indentasi 5 sampai dengan 6 ketukan ke dalam. Dari segi makna rangkaian kaimat dalam paragraf bertolak dari satu gagasan pokok.

A.  Mengidentifikasi Syarat Pembentukan Paragraf
1.    Keutuhan gagasan
Keutuhan gagasan dalam paragraf ditandai oleh keseluruhan detail informasi atau penjelas yang hanya  bertolak dari gagasan pokok. Jika ada satu saja gagasan penjelas yang menyimpang dari gagasan utama paragraf tersebut dinamakan paragraf sumbang.
Contoh:
(1)              Menurut penelitian, orang-orang dengan kepribadian dengan tipe A rentan terhadap penyakit. (2) Fiedman dan Roseman (2007) menyatakan bahwa kelompok yang berkepribadian tersebut berisiko tinggi untuk mengalami gangguan pembuluh darah koroner yang ujungnya mengakibatkan penyakit jantung koroner (PJK). (3) Selain itu, mereka juga mudah mengalami astheroklerosis. (4)Western Collaboarative Study Group yang melakukan penelitian itu menyatakan bahwa dalam waktu lima tahun saja dijumpai insiden gangguan PJK pada mereka yang berkepribadian tipe A, 2,37 kali lebih tinggi daripada mereka yang berkepribadian biasa-biasa saja.

2.    Kelengkapan Gagasan
Paragraf dinyatakan lengkap atau komplet apabila gagasan pokok paragraf dijelaskan dengan memadai oleh sejumlah detail informasi penjelas. 
Contoh:
(1) Deskripsi tentang orang yang berkepribaidan tipe A sering simpang siur.. (2) Menurut Mintoharjo (2007) mereka yang berkepribadian tipe A dapat dikenali dari sejumlah sifat . (3) Biasanya mereka memiliki ambisi yang kuat sehingga mereka cenderung tiddak mudah puas. (4) Selalu ingin menang  dalam setiap permainan atau kompetensi. (5) Ingin menonjolkan diri dan kurang sabar. (6) Komitmen yang tinggi terhadap tugas atau pekerjaan. (7) Cepat mengambil keputusan atau responsif. (8) Bertingkah laku gesit serta lincah dalam bertutur kata. (9) Cenderung mudah marah atau temperamental dan agresif.

3.    Keterpaduan hubungan antarkalimat (Kohesi-Koherensi)
Kepaduan paragraf ialah keterjalinan hubungan antarkalimat dalam paragraf  baik secara eksplisit maupun implisit. Hubungan antar kalimat secara eksplisit atau kebahasaan disebut kekohesian paragraf , sedangkan hubungan antar kalimat yang implisit atau semantis disebut kekoherensian paragraf. Kepaduan hubungan antarkalimat dalam paragraf secara fungsional diarahkan pada upaya pencapaian tataan dan hasil pemekaran gagasan pokok paragraf secara runtut, tertib, dan teratur.
Contoh kekohesian paragraf:
(1)               Para eksekutif menurut Tony (2007) memiliki peluang tinggi dihinggapi stres. (2) Hal itu karena mereka terbiasa hidup dengan berbagai tantangan. (3) Akibatnya mereka sering mengabaikan gangguan kecil seperti sulit tidur dan influenza ringan. (4) Padahal gangguan sulit tidur sering menjadi gejala awal ketidakselarasan mental. (5) Kondisi yang demikian itu jika dibiarkan dengan berkembang menjadi kecemasan atau depresi serta gangguan mental lainnya.
Kata bercetak miring pada paragraf tersebut menunjukkan penanda kohesi antarkalimat.
Contoh kekoherensian paragraf:
(1)               Penanganan masalah lanjut usia (lansia) di Indonesia tertinggal jauh dengan negara lain. (2) Di Malaysia diberikan jaminan pensiun untuk mantan pegawai pemerintah dan jaminan hari tua untuk mantan karyawan swasta. (3) Beberapa perusahaan transportasi memberikan potongan tarif sampai 50% serta menyediakan tempat duduk khusus bagi Lansia . (4) Di Filipina untuk Lansia di atas 60 tahun diberikan potongan tarif 20% untuk biaya transportasi umum termasuk pesawat domestik, hotel, dan penginapan, rumah makan, pusat-pusat rekreasi, bahkan sampai dengan pembelian obat.
Hubungan antar kalimat dalam paragraf  bersifat implisit, tidak digunakan penanda formal hubungan antar kalimat. Hubungan antar kalimat yang digunakan bersifat semantis, yakni dengan menunjuk tempat di Malaysia dan di Filipina tanpa menggunakan kata tunjuk itu.

4.    Keseimbangan paragraf
Keseimbangan paragraf berhubungan dengan panjang pendeknya paragraf. Dalam konteks wacana keseimbangan paragraf berkaitan dengan tampilan paragraf secara keseluruhan. Diusahakan paragraf dalam wacana ditampilkan secara panjang dan pendek secara proporsional.

B.   Mengidentifikasi Cara Penyusunan Paragraf
1.    Penggunaan penanda hubungan penunjukan
a.    Penggunaan penunjuk itu
Dalam praktiknya kata itu menunjuk ke kiri aritnya menunjuk ke arah hal, atau sesuatu misalnya gagasan, infomasi yang telah disebutkan sebelumnya.
Contoh:
(1)     Universitas Negeri Malang dan Pertamina menyepakati pemberian kerjasama yang luas kepada beberapa Pemprov di Indonesia. (2) Kesepakatan itu diharapkan dpat memberikan kinerja yang baik.

b.    Penggunaan penunjuk ini
Dalam praktiknya kata ini menunjuk ke kanan artinya menunjuk ke arah hal, atau sesuatu misalnya gagasan, informasi yang akan disebutkan kemudian.
Contoh:
(1)                Akan diadakan bimbingan pengumpulan dan pengolahan data hasil riset. (2) Bimbingan ini akan diadakan setiap Kamis jam 09.00 pagi.

c.    Penggunaan penunjuk tersebut
Kata tersebut berarti sudah disebut.Oleh karena itu sering diikuti frasa di atas, di atas ini, atau di bawah, di bawah ini, tersebut di atas ini, tersebut dibawah ini. Kata tersebut berfungsi menunjuk ke kiri sebagaimana kata tunjuk itu.
Contoh:
(1) Pameran karya kreatif penulisan cerpen dilaksanakan mulai tanggal 21 sampai dengan 29 Oktober 2013. (2) Mahasiswa penempuh mata kuliah wajib mengikuti kegiatan pameran tersebut.

d.    Penggunaan penunjuk berikut
            Secara kataforik kata berikut menunjuk ke kanan. Biasanya diikuti kata ini. Kata berikut tidak pernah diikuti kata itu . Misalnya: (1) Mereka akan tampil dalam acara lomba debat kampus. (2) Berikut ini diberikan sejumlah peraturan untuk diperhatikan oleh para peserta.

2.    Penggunaan penanda hubungan penggantian
Penanda hubungan penggantian ialah penanda hubungan antar kalimat berupa kata, frasa yang menggantikan kata, frasa, atau aturan gramatikal lain yang terletak di depannya (anaforik) atau dibelakangnya (kataforik).
Contoh:
(1)               Anak-anak itu berkulit hitam legam, berambut keriting, bermata cekung dengan pandangan kosong (2) Perutnya yang buncit menyembul karena tak tertutup oleh baju. (3) tampak kakinya pecah-pecah karena tak mengenal alas kaki. (4) Itulah gambaran anak-anak pedesaan Timor Timur yang pertama kali dilihat oleh dr. Rienarmy Alexis pada tahun 1979. (5) Mereka umumnya anak-anak yang baru turun dari gunung mengikuti orang tuanya yang takut pada gerakan pengacau keamanan (GPK).
Dalam hubungan endoforik, penggantian ditandai oleh penggunaan kata ganti persona ia, dia, beliau, mereka, dan bentuk klitik –nya; kata ganti penunjuk ini dan itu; kata ganti kata ganti petunjuk tempat tempat sana, sini, situ; dan kata begini, begitu, serta demikian. Kata  ganti persona pertama dan  kedua digunakan juga, tetapi dalam hubungan eksoforik.

3.    Penggunaan penanda hubungan pelepasan
Yang dimaksud pelepasan atau elipsis ialah penghilangan salah satu unsur kalimat pertama pada kalimat berikutnya. Sekalipun unsur kalimat tersebut dihilangkan/ dinyatakan secara tersurat, tetapi kehadirannya dapat diperkirakan.
a.    Pelepasan subjek
Contoh:
(1)               Menurut SK Dirjen Dikti, PTS-PTS yang beralifiasi dengan PTN diberi batas waktu sampai dengan tahun 2015. (2) Setelah itu [...] harus berdiri sendiri.
Bandingkan:
(1a) Menurut SK Dirjen Dikti, PTS-PTS yang beralifiasi dengan PTN diberi batas waktu sampai dengan tahun 2015. (2) Setelah itu [PTS-PTS yang beralifiasi dengan PTN] harus berdiri sendiri.

b.    Pelepasan objek
Contoh:
(1) CV Kopat-Kapit memenangkan tender untuk membangun perpustakaan digital di Universitas Negeri Malang. (2) Sayangnnya pembangunan [...] itu dilaksanakan asal-asalan.
Bandingkan:
(1a) CV Kopat-Kapit memenangkan tender untuk membangun perpustakaan digital di Universitas Negeri Malang. (2) Sayangnnya pembangunan [perpustakaan digital] itu dilaksanakan asal-asalan.

4.        Penggunaan penanda perangkaian
Yang dimaksud perangakaian ialah adanya kata atau frasa yang merangkai kalimat satu dengan lainnya. Kalimat sebelum dan sesudahnya dirangkai dalam jalinan yang logis atau kronologis. Sifat hubungan perangkaian itu antara lain
1.      Hubungan waktu: ketika itu, saat itu, pada saat, tatkala, sewaktu, semasa, dsb.
2.      Hubungan antara waktu: mula-mula, awalnya, lalu, kemudian, setelah itu, di muka, di pinggir, dsb
3.      Hubungan tempat: disitu, di sini, di antara, di sela-sela, di pojok, di tengah, dsb.
4.      Hubungan pertentangan: padahal, tetapi, namun, sayangnya, sedangkan, dsb.
5.      Hubungan persamaan: sejajar dengan, sama dengan, sesuai dengan, dsb
6.      Hubungab penambahan : dan, lagi, juga, selain itu, dismaping, dsb.
7.      Hubungan penegasan/penekanan: bahkan, malahan, semakin.
8.      Hubungan konsesi/persetujuan: meskipun, walaupun, biarpun, bagaimanapun, dsb.
9.      Hubungan sebaban: sebab, karena, karena itu, oleh karena itu, dsb.
10.  Hubungan akibatan: sehingga, akibatnya, konsekuensinya, dsb.
11.  Hubungan contoh: misalnya, contohnya, buktinya,dsb.
12.  Hubungan perwatasan/limitasi: melainkan, kecuali, dsb.
13.  Hubungan syarat/kondisional: jika, kalau, jikalau, bila, apabila, dsb.
14.  Hubungan simpulan/konklusi: jadi, dengan demikian, simpulannya, artinya, dsb.
Contoh penggunaan:
(1)   Masyarakat umumnya menghargai seseorang berdasarkan tingkat kekayaannya. Akibatnya orang akan menumpuk kekayaan dengan berbagai cara.
(2)   Pencuri itu mula-mula membuka pintu pagar. Lalu,menyeliinap masuk ke arah lorong gelap halaman. Kemudian, menempel pada dinding. Akhirnya, mencongkel jendela.

5.    Penggunaan penanda hubungan pengulangan
Yang dimaksud dengan pengulangan ialah mengulang unsur kata, frasa yang terdapat dalam kalimat sebelum atau di depannya.
a.       Pengulangan sama tepat
Contoh: Kota Macao telah disewakan selama 400 tahun oleh pemerintah  Cina kepada Portugal. Kota Macao kemudian berkembang menjadi kota judi terbesar di Asia. Kota Macao harus dikembalikan ke pemerintah Cina 25 tahun lagi.
b.      Pengulangan dengan perubahan bentuk
Contoh:
Mendikbud Moh. Nooh mengimpikan adanya perpustakaan kecil di mall atau plaza-plaza. Impian itu tidak mustahil akan menjadi kenyataan.
c.       Pengulangan sebagian
Contoh:
Dalam masa krisis moneter saat ini harga-harga sembako semakin membubung, sehingga hampir tidak terjangkau oleh masyarakat kecil. Harga [...] itu perlu ditekan dengan operasi pasar yang ketat oleh pemerintah.
d.      Pengulangan parafrase
Pengulangan parafrase ialah yang unsur pengulangnya (upel) berparafrase dengan unsur terulang (uter). Parafrase ialah pengulangan  kembai suatu konsepsi dengan menggunakan bentuk bahasa berbeda.
Contoh:
Kesadaran etik dan moral itu melandasi ketaatan  masyarakat pada hukum. Kesadaran etik dan moral itulah yang melandasi dihayatinya disiplin nasional.
e.       Pengulangan denagn sinonim
Sinonim ialah satuan bahasa khususnya kata atau frasa yang bentuknya berbeda tetapi maknanya sama atau mirip.
Contoh:
Kesunyian mengapung di Padang Kurusetra. Namun kelelangan yang menyelimuti padang luas itu terasa menyeramkan. Bumi pun terasa kehilangan denyutnya.  Peristiwa apakah yang akan mengoyak-ngoyak kesunyiannya?
f.        Pengulangan dengan hiponim
Pengulangan hiponim ialah pengulangna yang makna unsur pengulangnya (upel) melingkupi makna unsur terulangnya (uter), atau sebaliknya.
Contoh:
Membaiknya hubungan antara Timur dan Barat direspons positif oleh dunia internasional. Tetapi, perkembangann itu makiin memperjelas ketimpangan hubungan Utara-Selatan di kawasan Asia Pasifik yang pada akhirnya berdampak negatif bagi pembangunan di negara-negara kawasan Asia-Tenggara.


C.  Mengidentifikasi Cara Pengembangan Paragraf
1.    Pengembangan paragraf secara alamiah (natural)
a.       Pengembangan secara kronologis
Bisa digunakan untuk menjelaskan proses, urutan, kejadian, atau peristiwa, bahkan urutan tindakan/perbuatan.
Contoh:
Dari kesejahteraan, Menwa memang  dirancang sepenuhnya sebagai alat ABRI. Bermula dari dibentuknya Resimen Mahawarman pada tahun 1959 di Unpad Bandung oleh Kodam (waktu itu divisi Siliwangi, saat panglimanya dijabat A.H. Nasution). Mahawarman dibentuk sebagai milisi untuk menumpas gerakan DI/TII Kartosuwiryo. Dianggap sukses lalu universitas lain membentuk milisi sendiri –sendiri. Tahun 1963 UGM membentuk Resimen Mahakerta, sedangkan UI membentuk resimen Mahajaya . Tahun  itu juga keluar instruksi Menko Hankam agar Menwa dibentuk di seluruh Kodam di Indonesia. Menwa antara lain disertakan dalam operasi militer Trikora, di Irian, dan kemudian operasi militer di Timtim.  
b.      Pengembangan secara spasial
Contoh:
(1)   Ruang tempat kami kuliah tidaklah luas, hanya 7 m x 40 m. (2) Bangku kami berjajar empat baris ke belakang. (4) Pada dinding depan kelas tergantung papan tulis hitam 1 m X 2,5 m. (5) Dua lukisan besar mengapitnya. (6) Disebelaj kiri gambar Garuda Indonesia dan di sebelah kanan gambar presiden. (7) Meja dosen terdapat di pojok kiri. (8) Alasnya merah dan sekali seminggu diganti. (9) Kami selalu meletakkan bunga segar di jambangan diatas meja itu, karena kami senang melihatnya. (10) Di sebelah kiri ada delapan jendela besar yang memasukkan sinar matahari dan hawa segar ke dalam kelas. (11) Dindingnya polos, tiada hiasan, kecuali kalender dekat meja dosen. (12) Tetapi dinding belakang  dan kanan kami penuh dengan gambar yang bergantung rapi.
Dalam contoh di atas, sesudah menyebut luas ruangan dan letak bangku, penulis menelusuri kelas, mula-mula ke depan, kemudian ke kiri, ke belakang, dan ke kanan. Segala yang dilihatnya ditulisnya, serta ditunjukkan tempatnya. Dalam melukiskan tempat, kata-kata penanda tempat sering digunakan. Kata-kata yang dimaksud ialah di depan, di belakang, di bawah, di atas, di dalam, keluar, di samping kiri, di sebelah kanan, agak ke atas, di sebelah utara, dan sebelah timur.

2.    Pengembangan paragraf secara logis
a.       Pengembangan dengan cara perbandingan
Contoh:
(1)   Lebah itu pasti memiliki intelegensi yagn lebih besar dan berbeda dengan laba-laba. (2) Ia dapat memilih  laba-laba yang tepat bagi persediaan makanan anaknya jika sudah menetas nanti. (3) Dalam menyerang, lebah itu bertindak sesuai dengan situasi perkelahian sehingga ia dapat menyengat dengan tepat. (4) Simpul saraf laba-laba dipilihnya menjadi sasaran serangan sehingga lebah itu lumpuh. (5) Tubuhnya yang gemuk tidak akan busuk dan dapat menjadi makanan ulat lebah yang akan menetas. (6) Sebaliknya, laba-laba bertindak lamban. (7) Ia suka memasang jaring dan menunggu mangsanya. (8) Jika ada yang menyeranganya ia lebih suka lari dan bersembunyi ke pojok sarang di balik daun. (9) Dibiarkannya musuh merusak jaring. (10) Laba-laba tidak menggunakan intelegensinya. (11)  Akhirnya ia lumpuh disengat simpul sarafnya. (12) Jika ia berlaku cerdik, tidak kalah ia melawan lebah yang bertebuh lebih kecil itu.
Contoh paragraf diatas tidak semata-mata melakukan perbandingan. Penulis juga melakukan analisis mengapa yang kecil itu dapat mengalahkan laba-laba yang bertubuh lebih besar. Dalam menulis, cara-cara kombinasi sering digunakan, misanya analisis gagasan pokok paragraf dilakukan dalam kerangka perbandingan.
b.      Pengembangan secara analogi
Contoh:
(1)   Alam semesta berjalan dengna sangat teratur, seperti halnya mesin. (2) Matahari, bumi, bulsn, bintang, yang berjuta-juta jumlahnya beredar dengan teratur, seperti teraturnya rodad mesin. (3) Semua bergerak mengikuti irama tertentu. (4) Mesin rumit itu ada penciptanya, yakni manusia. (5) Manusia yang pandai, teliti, dan bijaksana. (6) Tidaklah alam yang maha besar dan beredar rapi sepanjang masa ini tidak pula ada penciptanya ? (7) Pencipta yang Mahapandai Mahateliti dan Mahabijaksana ?
Cara analogi biasa digunakan oleh penulis untuk membandingkan sesuatu yang sudah dikenal umum dengan yang kurang dikenal. Pada paragraf diatas, tata cara kerja mesin relatif lebih dikenal daripada mekanisme edar kerja tata surya. Jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi, akan ada persamaan dalam bidang yang lain.
c.       Pengembangan secara kausalita (hubungan sebab akibat)
Contoh:
(1)   Sejak awal Agustus 2013 harga berbagai jenis minyak bumi dalam negeri naik. (2) Minyak tanah, premium, solar, diesel, minyak pelumas, dan lain-lain dinaikkan harganya. (3) Pemerintah menarik subsidi dengan harapan ekonomi Indonesia dapat tumbuh secara wajar. (4) Harga bahan bakar naik, harga barang-barang juga ikut naik bersamaan dengan kenaikan biaya angkut. (5) Ujungnya naiknya harga barang terasa berat bagi rakyat. (6) Oleh karena itu, kenaikan harga barang dan jasa harus diimbangi dengan usaha menaikkan pendapatan rakyat. (7) Dengan menaiknya pendapatan, daya beli masyarakat ikut terangkat.
Dalam paragraf diatas akibat yang ditimbulkan kenaikan harga BBM bersifat ganda. Akibat 1 harga-harga naik, akibat 2 biaya transportasi ikut naik, akibat 3 beban rakyat berat, akibat 4 daya beli masyarakat rendah.
d.      Pengembangan secara induktif
Contoh:
(1)   Kebumen,  kota kecil di Jawa Tengah dilanda amuk massa, toko-toko dibakar, barang-barang dijarah.(2) Tasikmalaya rusuh, sejumlah POM bensin dibakar dan berbagai fasilitas umum dihancurkan.(3)Aceh dengan julukan Kota Serambi Mekah tiba-tiba membara, ribuan massa mengamuk membakar apa saja yang bisa dibakar.(4)Pontianak kota panas di Kalimantan semakin panas, sejumlah warga menuntut turunnya harga sembako.Di Ujung Pandang ribuan mahasiswa berunjuk rasa menuntut pemerataan hasil pembangunan, keadilan, dan pemberantasan KKN.(6) Jayapura bergolak menuntut otonomi yang diperluas. (7) Memang di Tahun 1998 ini Republik Indonesia sedang mengalami krisis kepercayaan dari seluruh lapisan masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia.

Pengembangan gagasan dengan cara induktif dilakukan penulis dengan memberikan contoh-contoh, bukti, kejadian khusus diikuti oleh penarikan kesimpulan yang bersifat umum atau general. Sebaliknya, pengembangan gagasan cara deduktif, penulis memberikan simpulan umum diikuti oleh contoh-contoh, bukti, kejadian yang bersifat khusus.

e.       Pengembangan secara definisi
Contoh:
(1)   Secara harfiah samurai berarti dia yang melayani. (2) Sebagai kelompok prajurit elit,para samurai di Jepang merupakan kelas penguasa.(3) Itu berlangsung sejak akhir abad XII hingga negara itu memasuki era Restorasi Meiji tahun 1868.(4) Kini kata samurai digunakan untuk menjuluki sifat,kedudukan,ataupun profesi dengan konotasi makna bermacam-macam.(5) Ada anggapan bahwa keunggulan perusahaan-perusahaan besar Jepang dalam kompetisi bisnis Internasional dipengaruhi oleh semangat samurai yang menjiwai para pemimpin perusahaan.
Pada contoh di atas,istilah samurai dijelaskan makna asal muasalnya.Konotasi makna itu selanjutnya dijelaskan dalam semangat berbisnis para pemimpin perusahaan Jepang.Dlam tulisan ilmiah,cara ini dipilih untuk menjelaskan konsep yang rumit.






DAFTAR RUJUKAN
Suwignyo, Heri. 2013. Bahasa Indonesia Keilmuan Perguruan Tinggi. Malang: Aditya Media Publishing.